Papua Barat

Melkias Werinussa: Perlu Kerja Bersama, Kerja Keras, Turunkan Prevalensi Stunting Jadi 14%

268
×

Melkias Werinussa: Perlu Kerja Bersama, Kerja Keras, Turunkan Prevalensi Stunting Jadi 14%

Sebarkan artikel ini
Asisten II Setda Papau Barat Melkias Werinussa didampingi Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Papua Barat, Philmona Maria Yarollo yang ditemui ditemui wartawan di Ballroom Swiss Belhotel Manokwar, Rabu (22/5/2024). FOTO: RUSTAM MADUBUN.PAPUDALAMBERITA.
Print

PAPUADALAMBERITA.COM.MANOKWARI – Pemerintah Provinsi Papua Barat berhasil menurunkan prevalensi stunting di Papua Barat menjadi 24% pada tahun 2023.

Baca juga: Asisten II Buka Rekrda Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting

Dengan keberhasilan itu membawa Papua Barat menjadi nomor dua di Indonesia yang berhasil menurunkan prevalensi stunting, namun ini manjadi tantangan berat di tahun 2024 untuk mempertahankannya.

‘’Sehingga untuk mepertahankan dan menurukan dari 24 persen menjadi 14 persen membutuhkan kerja bersama, kerja keras, dan kerja cerdas,’’ ujar Asisten Setda Papua Barat Melkias Werinussa, SH MM yang ditemui wartawan di Ballroom Swiss Belhotel Manokwar, Rabu (22/5/2024).

Asisten II Setda Papua Barat ditemui seusai membuka Rapat Kerja Daerah program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting yang di gelar Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Rabu (22/5/2024).

Diketahui sesuai hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 angka prevalensi stunting Papua Barat mengalami penurunan 5,2% dari 30% dari 30,0%  menjadi 24,8 % prevalensi Tahun 2023 sehingga dari seluruh Indonesia Papua Barat berada di urutan kedua setelah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)  8,1 % (persen).

Pemeriksaan kesehatan, penimbangan dan pengukuran bayi di Posyandu Kemala di Ransiki Manokwari Selatan, Rabu (22/7/2023). FOTO: RUSTAM MADUBUN.PAPUDALAMBERITA.

‘’Tetapi, kemudian dibandingkan dengan penurunan itu angkanya masih di 24 persen, target itu harus kita turunkan sampai di angka 14%, dari 24 ke 14 itu sekitar 10% perlu kerjasama dan kerja keras,’’ jelas Werinussa.

Ia mengatakan, perlunya semua stakeholder mendukung kegiatan ini supaya bisa menurunkan angka itu.

‘’Sebenarnya bukan soal angka, tetapi bagaimana angka itu menunjukkan untuk kita bagaimana menyiapkan kita punya anak-anak ke depan, jadi kalau kita tidak selesaikan itu bayangkan 10 tahun atau 15 tahun ke depan anak-anak kita itu bagaimana,’’ kata Melkias.

’’Sehingga itu menjadi tanggungjawab sosial yang luar biasa yang harus kita lakukan untuk memperbaiki di satu sisi secara nasional menuju tahun 2045 sebagai tahun emas, kita berharap anak-anak ini di tahun emas mereka menjadi pengganti kita sebagai generasi emas,’’ jeas Werinussa.

Disngung terkait anggaran penanganan stunting, Warenussa anggaran sudah ada,  tinggal bagaimana memasimalkan.

‘’Karena anggaran stunting itu dia masuk dalam Organisasi Perang Daerah (OPD) yang ada, kami juga berharap swasta ikut berpartisipasi, walaupun itu itu sebagai CSR-nya mereka, walaupsehingga demografi bonus itu betul-betul tercapai,’’ ujar Asisten II Setda Papua Barat.(rustam madubun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *