PAPUADALAMBERITA.COM.MANOKWARI – Di hamparan hijau Stadion Sanggeng, Manokwari jejak-jejak masa lalu masih bergaung dalam semangat generasi muda.
Baca juga: Tendangan Gubernur Tandai Liga 4 Regional Papua Barat
Baca juga: Perseman All Star Tundukan Persipura All Star 1-0 di Laga Pembuka Liga 4
Pemilik nama lengkap Marthen Metusala Duaramuri, sosok yang namanya terpahat dalam sejarah Persipura, kembali menuturkan warisan berharga, disiplin sebagai kunci kejayaan.
Bagi sang legenda, sepak bola bukan sekadar permainan, tetapi perjalanan yang ditempa oleh ketekunan, pengorbanan, dan latihan tanpa lelah.
Mettu Sala Duaramuri, sosok yang pernah mengukir kejayaan bersama Persipura Jayapura di era 1970-an, kini kembali menabur hikmah bagi generasi muda pecinta sepak bola di Manokwari.
Baginya, sepak bola bukan sekadar adu strategi di lapangan, tetapi juga seni ketekunan yang diasah lewat disiplin tanpa henti.
Tanpa latihan yang teratur dan kesungguhan, bakat sehebat apa pun hanya akan menjadi kilau yang cepat meredup.
Di bawah cahaya senja Stadion Sanggeng, usai laga persahabatan antara Persipura All Star dan Perseman Manokwari All Star, Mettu berbagi pesan yang tak lekang oleh waktu.
Kepada papuadalamberita.com, di Stadion Sanggeng Manokwari, Kamis (27/3/2025) ia menegaskan bahwa kerja keras dan komitmen dalam latihan adalah pondasi bagi setiap pemain yang ingin melangkah lebih jauh dalam dunia sepak bola.
“Satu hal yang paling penting jika kita ingin maju dalam olahraga, terutama sepak bola, adalah disiplin dalam latihan,” tegas Mettu.
Di balik gemerlap kemenangan, tersembunyi rahasia yang tak bisa ditawar: disiplin, ketekunan, dan bimbingan yang tepat.
Bagi Mettu Duaramuri, bakat saja tak cukup untuk menaklukkan lapangan hijau.
Program latihan yang teratur serta arahan dari pelatih berkualitas adalah nyawa bagi seorang pemain, menjadikannya lebih dari sekadar pengisi waktu, tetapi pejuang sejati di medan sepak bola.
“Pelatih harus memiliki lisensi agar bisa memberikan ilmu dengan sungguh-sungguh. Sebagus apa pun pemain, kalau tidak disiplin dalam latihan, dia tidak akan berhasil,” ujar Mettu, yang pernah menjadi asisten pelatih Persipura Jayapura.
Di masa ketika sepak bola masih dimainkan dengan gairah murni dan semangat tanpa pamrih, Mettu Duaramuri dan rekan-rekannya menorehkan kisah emas di lembar sejarah.
Di era 1960-1980, mereka bukan sekadar pemain, tetapi prajurit Mutiara Hitama di lapangan hijau yang dengan keringat dan perjuangan mengangkat Piala Soeharto hingga empat kali.
Jejak mereka tak hanya tercatat dalam trofi, tetapi juga dalam ingatan para pecinta sepak bola yang mengenang kejayaan itu dengan kebanggaan.
Di balik gemerlap kejayaan Persipura, ada tangan-tangan yang bekerja dalam sunyi, mengasah bakat dan menyalakan bara semangat.
Sebagai asisten pelatih, Mettu Duaramuri turut menorehkan sejarah bersama sang maestro dari Brasil, Jacksen F. Tiago sebagai pelatih kepala Persipura kala itu.
Di bawah kepemimpinan mereka, Mutiara Hitam bersinar semakin terang, menambahkan bintang keempat sebagai simbol kegemilangan yang lahir dari kerja keras, disiplin, dan kecintaan tanpa batas pada sepak bola.
Dengan pengalaman panjangnya, Mettu berharap generasi muda Manokwari terus menjaga semangat, disiplin, dan dedikasi demi meraih prestasi yang lebih tinggi di dunia sepak bola.
Di setiap tapak rumput yang terinjak, di setiap bola yang menggelinding, tersimpan harapan yang tak pernah padam.
Mettu Duaramuri, dengan segala pengalaman yang ia genggam, ingin melihat api semangat itu terus menyala di dada generasi muda Manokwari.
Baginya, sepak bola bukan sekadar permainan, tetapi jalan panjang yang menuntut disiplin, dedikasi, dan kerja keras tanpa henti.
Hanya mereka yang setia pada proses yang akan mengukir namanya dalam sejarah.
Sepak bola bukan hanya soal kemenangan, tetapi warisan semangat yang harus dijaga.
Mettu Duaramuri telah menapaki jalannya—kini, giliran generasi muda Manokwari meneruskan jejak itu dengan hati, disiplin, dan perjuangan tanpa lelah.
Mettu Duaramuri adalah legenda sepak bola Papua yang namanya tak lekang oleh waktu.(rustam madubun)
Saya dan Mettu Duaramuri sang legenda Persipura di Stadion Sanggeng Manokwari Kamis (27/3/2025). FOTO: SELFIE.PAPUADLAMBERITA.