HUT Papua Barat
Papua Barat

OTG Manokwari 334, Papua Barat 1.079 Orang , Gugus Tugas Sarankan Pemda Pikirkan Karantina Terpusat  

149
×

OTG Manokwari 334, Papua Barat 1.079 Orang , Gugus Tugas Sarankan Pemda Pikirkan Karantina Terpusat  

Sebarkan artikel ini

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Papua Barat dr Arnoldus Tiniap (ke empat dari atas) saat pers conference melalui aplikasi video zoom kepada wartawan, Senin (18/5/2020). FOTO:Screenshot/papuadalamberita.com.

PAPUADALAMBERITA.COM. MANOKWARI- Pemerintah Provinsi Papua Barat melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan CoronaVirus Disease 2019 (COVID-19) Papua Barat mencatat data terbaru sampai Senin (18/5/2020) pukul 17.00 WIT, jumlah Orang Tanpa Gejala (OTG) Kabupaten dan Kota di Papua Barat, Kabupaten Manokwari sebagai wilayah tertinggi yaitu 334 orang.

Baca juga: Raja Ampat dan Kota Sorong Penularan Corona Melalui Transmisi Lokal Paling Rawan di Papua Barat

’Orang Tanpa Gejala tambahan hari ini 57 orang terdiri Kabupaten Bintuni 19 orang, Kabupaten Sorong 13 orang, Kabupaten Kaimana 12 orang, Kabupaten Manokwari sembilan (9) orang, Kabupaten Raja Ampat tiga (3) orang, Kota Sorong satu (1) orang,’’ jelas juru bicara COVID-19 Papua Barat, dr Arnoldus Tiniap dalam pres rilisnya Senin (18/5/2020) kepada wartawan, melalui aplikasi video zoom di Manokwari.

Sebaran OTG tertinggi kedua di Papua Barat, Kabupaten Teluk Bintuni,  tambah hari ini 19 orang,  menjadi 219 orang dari data sebelumnya 200 orang, kemudian Kota Sorong tambahan hari ini satu (1) orang menjadi 167 dari sebelumnya 166 orang.

Kemudian OTG di Kabupaten Sorong tambahan hari 13 orang menjadi 140 orang, dari data sebelumnya 127 orang, Kabupaten Raja Ampat tambahan hari ini tiga (3) orang menjadi 88 orang, dari sebelumnya 35 orang, Kabupaten Teluk Wondama tidak ada tambahan hari ini masih tetap 60 orang, Kabupaten Kaimana tambahan hari 12 orang menjadi 36 orang, dari sebelumnya 24 orang, Kabupaten Manokwari Selatan tidak ada tambahan hari ini, tetap 29 orang.

Kabupaten Fakfak tidak ada tambahan hari ini, tetap enam (6) orang, sedangkan Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Maybrat, Kabupaten Tambrauw, Kabupaten Pegunungan Arfak tidak ada orang tanpa gejala.

‘’Sehingga total orang tanpa gejala di Provinsi Papua Barat sampai Senin (18/5/2020) mencapai 1.079 orang, naik 57 orang, dari hari sebelumnya 1.022 orang,’’ terang juru bicara.

Juru bicara dr Arnoldus Tiniap mengatakan, dengan melihat OTG di Papua Barat yang terus bertambah, Ia menyarankan masing-masing kabupaten dan kota harus mempersiapkan tempat karantina untuk kasus positif tetapi sehat atau negatif tidak ada keluhan (klinis) gejala.

“Sebagaimana yang kita harapkan, bahwa dalam waktu dekat mungkin ada sekitar empat mesin PCR yang dioperasikan di Papua Barat, jadi kami harapkan masyarakat mempersiapkan diri  untuk menerima kalau nanti hasil yang positif banyak,” ujar dokter.

Arnold Tiniap mengatakan,  kalau yang positif lebih banyak,  berarti sebagain besar dari OTG dan OTG banyak kita butuh bukan hanya rumah sakti,  yang dibutuhkan adalah fasilitas karantina dibawah pengawasan.

‘’Jadi masyarakat harus siap untuk menerima saudara-saudara kita yang positif,  yang OTG tidak harus dirawat di rumah sakit, tetapi dibawah pengawasan di fasilitas karantina,’’ ujar jubir.

Dokter mencontohkan seperti di Kota Sorong dan Bintuni dengan demikian masyarakat di Manokwari yang belum ada fasilitas karantina masyarakat mempersiapkan diri menrima itu.

‘’Yang kita amati masyarakat meskipun paham tentang cara penularan dan pencegahan, kalau kita lihat sebagian masyarakat tidak melakukan itu dan itu menjadi kekuatirkan tim gugus tugas,  kita mengkuatirkan penularan lokal, karena masyarkat tidak patuh kemudian terjadi penularan dan pada saatnya kita periksa banyak yang positif,  dan kita belum memiliki fasilitas karantina itu akan menjadi beban layanan kesahatan,’’ tambah dokter.

Menurut dokter hal itu perlu disampaikan kepada para pimpinan juga, kemudian dimengevaluasi sejauh mana upaya-upaya yang dilakukan untuk memaksa masyarakat patuh melakukan upaya pencegahan untuk mengurangi penularan.

Kalau tidak, sama dengan masyarakat membiarkan dirinya untuk terinveksi, jadi masyarakat seperti pasrah terinveksi.

‘’Itu akan menjadi beban bagi layanan kesahatan, kalau masyarakat tidak siap, masih ada stigma, berarti mereka yang positif akan didorong ke fasilitas kesehatan,  yang pada dasarnya kalau kita lihat fasilitas kesehatan semua tidak siap, mulai dari tempat isolasinya, ruang perawatannya,  alat pelindung diri semuanya masih terbatas,’’ urainya prihatin.

Lanjut Tiniap, bahwa kemudian akan mencarikan langkah apa yang harus dilakukan untuk antisipasi lonjakan kasus positif yang akan timbul.

Data penambahan COVID-19 di Provinsi Papua Barat hingga Senin (18/5/2020). SUMBER: GUGUS TUGAS PROVINSI PAPUA BARAT/papuadalamberita.com.

‘’Kita ambil contoh dari kabupaten lain, kita harus mengantisipasi seperti itu, harus ada fasilitas karantina, terutama bagi mereka yang positif OTG, kalau yang positif PDP harus di rawat di rumah sakit atau ODP yang ada keluahan, tetapi keluhan ringan di tempatkan di faslitas karantina saja, apalagi yang tidak bergejala supaya disitu diawasi tim gabungan kesehatan dan keamanan sehingga masuk keluar orang atau keluarga yang bawa makanan melalui pos jaga,’’ kata jubir.

Dikarantina supaya memutuskan kontak dengan orang lain supaya tidak terjadi penularan, kalau karantina mandiri susah diawasai, untuk memaksimalkan upaya pemutusan rantai penularan harus karantina yang terpisah yang disiapkan pemerintah.

 Jubir mengatakan, Gugus Tugas menyarankan karantina terpusat bagi OTG harus dipersiapkan pemerintah daerah di Papua Barat untuk mengantisipasi peningkatan kasus positif yang berasal dari OTG.

Kalau positif dari OTG berarti mereka yang sehat-sehat tapi positif, harus dipisahkan dari keluarga untuk memutuskan rantai penularan.

Jadi mereka sebenarnya tidak betul-betul membutuhkan layanan kesahatan, kalau yang membutuhkan layanan kesehatan yang bergejala berat, kalau yang tidak punya gejala yang dipenting  ada pengawasan terus dibatasi kontak dengan orang lain, pemerintah daerdah siapkan kebutuhan yang lain itu saya kiran dalam jangka waktu dua minggu sudah bisa sehat semua yang lain.(tam)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *