
PAPUADALAMBERITA.COM, JAKARTA – Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto menyebutkan,
dalam menghadapi gerakan separatis di Papua tidak harus selalu dilakukan dengan
cara melalui operasi pertempuran, namun bisa dilakukan dengan cara operasi non
tempur.
“Dalam operasi di Papua, kita melaksanakan dua operasi. Yakni, operasi
kinetik (operasi tempur) dan operasi non-kinetik (operasi non tempur),”
kata Panglima TNI saat wawancara khusus dengan Antara TV di ruang kerja
Panglima TNI, Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat.
Operasi non tempur, kata dia, bisa dilakukan dengan merebut hari rakyat Papua
agar tidak melakukan hal-hal yang dapat mengancam kedaulatan negara. Misalnya,
ketika TNI datang ke suatu wilayah di Papua, masyarakat merasa nyaman dan
tenang dengan keberadaan prajurit TNI.
“Rasa aman dan nyaman ini akan menjadi virus kepada mereka semua yang
memiliki niat untuk memberontak,” katanya.
Operasi non tempur ini bisa dilakukan dengan kegiatan bakti sosial, kegiatan
kesehatan, penyuluhan pertanian dan lainnya. Namun demikian, TNI tetap
menyiapkan operasi kinetik (operasi tempur), bila diperlukan.
Ia mengaku hingga saat ini masih terjadi gangguan-gangguan kecil dalam upaya
pembangunan infrastruktur di Papua, sehingga TNI memiliki kewajiban untuk
membantu mengamankan pembangunan Trans Papua.
Upaya yang dilakukan oleh TNI itu tidak terlepas dari kebijakan dan keputusan
negara, dimana TNI juga memiliki tugas pokok Operasi Militer Perang (OMP) dan
Operasi Militer Selain Perang (OMSP) sesuai dalam UU No 34 Tahun 2004 tentang
TNI.
Infrastruktur yang dibangun di wilayah Papua membutuhkan pengerjaan khusus,
sehingga Presiden Jokowi meminta TNI untuk membantu proses pembangunan disana.
“TNI memiliki kemampuan untuk mengamankan dan memiliki kemampuan untuk
membangun infrastruktur karena TNI memiliki batalyon Zeni konstruksi dan Zeni
tempur,” ujarnya.
Seperti diketahui, TNI kehilangan tiga orang prajuritnya saat melaksanakan
pengamanan dalam rangka proses pergeseran pasukan TNI yang akan melaksanakan
pengamanan dan pembangunan infrastruktur Trans Papua Wamena-Mumugu pada Kamis
pagi (7/3) karena diserang oleh Kelompok Kriminal Sipil Bersenjata (KKSB).
“Hal ini sebagai bukti masih ada gangguan di Papua, tapi gangguannya
relatif kecil,” katanya.
Hingga saat ini, lanjut dia, TNI bersama aparat kepolisian tengah melakukan
pengejaran terhadap KKSB tersebut.
Kendala yang dihadapi selama ini, kata dia, di Papua medannya sangat berat,
banyak hutan lebat dan jurang, sehingga sangat baik bagi perlindungan kelompok
bersenjata.
“Namun, kami optimistis TNI dapat menjaga kedaulatan dan keutuhan
NKRI,” tegas Panglima TNI.(ant)