NasionalPapuaPapua BaratPapua Barat Daya

Raja Ampat Indah di Uang Seratus Ribu, Tapi Terluka di Pulau Gag

629
×

Raja Ampat Indah di Uang Seratus Ribu, Tapi Terluka di Pulau Gag

Sebarkan artikel ini
Desain belakang uang pecahan Rp100.000 menampilkan keindahan alam Raja Ampat yang ikonik, simbol pesona Indonesia Timur yang mendunia. Dalam bingkai uang rupiah, surga laut ini menjadi kebanggaan, sekaligus pengingat akan pentingnya menjaga kelestarian alamnya. FOTO: RUSTAM MADUBUN. PAPUADALAMBERITA.COM

PAPUADALAMBERITA.COM.MANOKWARI – Keindahan Pulau Piaynemo Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat Daya diabadikan sebagai ikon dalam desain uang pecahan Rp100.000 oleh Bank Indonesia pada tahun emisi tahun 2022.

Namun di balik pesonanya yang memikat dunia, luka menganga justru muncul dari Pulau Gag Kabupaten Raja Ampat Papua Barat Daya, salah satu permata di gugusan Raja Ampat yang kini digerus aktivitas tambang nikel.

Video rilis Greenpeace yang memperlihatkan kerusakan alam akibat tambang menjadi pemantik gelombang protes publik dan menarik perhatian langsung Menteri ESDM hingga pejabat tinggi negara.

Bukan hanya karena keindahan laut, terumbu karang, dan kekayaan biodiversitasnya yang menakjubkan, tetapi juga karena ironi yang kini mencuat dari Pulau Gag, salah satu wilayah eksotis di gugusan Raja Ampat, Papua Barat Daya.

Organisasi lingkungan dunia, Greenpeace Indonesia, baru-baru ini merilis video yang menggambarkan kondisi terkini Pulau Gag, yang kini menjadi lokasi pertambangan nikel skala besar.

Video itu menampilkan kontras tajam antara alam yang dulu perawan dan kini mulai tergurat alat-alat berat dan galian industri.

Unggahan itu viral di YouTube dan media sosial, memicu gelombang protes warga dan aktivis dengan satu seruan tegas: #SaveRajaAmpat.

Tak lama setelah video itu menyebar luas, Mantan Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia yang juga Menteri Energi dan Seumber Daya Mineral langsung bertolak dari Jakarta ke Sorong.

Ia tidak sendiri. Bersama Gubernur Papua Barat Daya Elisa Kambu, Ketua Majelis Rakyat Papua Barat Daya, dan Bupati Kabupaten Raja Ampat, Bahlil naik helikopter meninjau langsung Pulau Gag.

Kunjungan itu menjadi bukti bahwa suara masyarakat, saat ini cukup keras, bisa menembus tembok kekuasaan.

Yang ironis, seruan penyelamatan baru terdengar lantang setelah sembilan tahun eksploitasi berlangsung.

“Setelah sembilan tahun, baru teriak Save Raja Ampat. Tapi, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali,” tulis salah satu komentar netizen.

Bahkan, muncul ucapan sarkastik: “Terima kasih, Grandpace, karena akhirnya dunia sadar, ” ujar saya dalam hati.

Yang membuat semua ini terasa makin menyayat, adalah kenyataan bahwa keindahan Raja Ampat diabadikan di uang kertas pecahan Rp100.000, emisi tahun 2022 keluaran Bank Indonesia.

Di bagian belakang uang merah itu, tampak Tari Topeng Betawi, Bunga Anggrek Bulan, dan latar belakang keindahan Raja Ampat, ikon Indonesia yang dibanggakan, namun kini diancam dari dalam.

Kontras ini sungguh mencolok: di satu sisi Raja Ampat menjadi lambang pesona Nusantara yang dicetak permanen dalam uang kertas, di sisi lain ia tergerus oleh geliat industri tambang yang mengabaikan kelestarian.

Kini, tagar #PapuaBukanTanahKosong dan #SaveRajaAmpat berseliweran di jagat maya.

Masyarakat, aktivis, bahkan pemimpin daerah mulai bersuara lebih lantang. Raja Ampat bukan hanya milik Papua, tapi warisan dunia yang harus dijaga bersama.(rustam madubun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *