PAPUADALAMBERITA.COM.
JAKARTA – Wakil Koordinator bidang Pratama DPP
Partai Golkar Bambang Soesatyo menilai partai tersebut harus merangkul semua golongan
dan kelompok-kelompok kekuatan nasionalis yang saat ini ada di dalam generasi
milenial.
“Karakter generasi milenial sudah banyak diulas. Jika Golkar ingin
melakukan pendekatan kepada mereka, tentu saja pola pendekatannya berbeda
dengan pola yang dulu digunakan oleh para perancang Sekber Golkar,”
kata Bambang Soesatyo–biasa disapa–Bamsoet dalam keterangan
tertulisnya di Jakarta, Minggu.
Dia menjelaskan, di masa lalu, Sekber Golkar berhasil mengakumulasi kekuatan
yang bersumber dari ratusan organisasi yang kemudian dikelompokan dalam tujuh
Kelompok Induk Organisasi (KINO), antara lain, Kosgoro, Soksi dan MKGR
plus sejumlah organisasi kepemudaan dan keagamaan.
Bamsoet yang merupakan bakal calon Ketua Umum DPP Partai Golkar itu menilai
peran strategis Golkar di masa lalu itu perlu dikedepankan lagi agar semua
unsur di dalam keluarga besar Golkar paham betapa bangsa dan negara sangat
membutuhkan partai ini.
“Golkar adalah penjaga dan pengamal Pancasila serta UUD 1945. Golkar pun
terbukti mampu menjalankan perannya sebagai perekat keberagaman bangsa,”
ujarnya.
Menurut dia, perkembangan zaman terus berubah sehingga muncul pula tuntutan
untuk mengubah pola pendekatan kepada komunitas untuk menjadi simpatisan partai
politik.
Dia menilai, para perancang Sekber Golkar dan pendiri partai, Golkar telah
diwarisi strategi yang sangat efektif dalam mengakumulasi simpatisan, yaitu
dengan merangkul semua golongan dan kelompok-kelompok kekuatan nasionalis.
“Sudah saatnya Golkar melakukan ‘re-branding’ untuk menyesuaikan diri
terhadap tantangan jaman. Agar dapat terus menerus melakukan akselerasi dan
modernisasi agar Partai Golkar melepaskan diri dari stigma ‘Partai Jadul’
menjadi partai masa depan yang memberikan kebanggaan dan harapan bagi generasi
milenial,” katanya.
Dia mengatakan tantangan era masa kini sama saja dengan masa lalu, yaitu
menjaga dan mengamankan Pancasila serta UUD 1945, tetapi cara mengkomunikasikan
serta merangkul milenial tentu harus disesuaikan gaya kehidupan saat ini.
Menurut dia, tantangannya adalah kesungguhan untuk membangun komunikasi yang
intens dengan milenial, yaitu selain komunikasi yang intens, Golkar juga harus
mau beradaptasi dengan pola hidup generasi milenial.
“Pola lama dalam upaya merangkul konstituen atau simpatisan partai harus
diubah, disesuaikan dengan perilaku dan budaya milenial,” ujarnya.
Bamsoet yang merupakan Ketua DPR RI menilai Golkar menjadi kekuatan politik
yang tidak terpisahkan dari eksistensi bangsa dan negara sehingga karena
panggilan sejarah, takdir itu harus diaktualisasikan lagi karena kehendak
zaman.
Hal itu menurut dia termasuk menyatukan kembali berbagai kekuatan yang lama
terserak itu menjadi satu kekuatan penuh, termasuk para purnawirawan dan keluarga
TNI/Polri plus Satkar Ulama, MDI dan Al Hidayah yang selama ini jalan
sendiri-sendiri.
Untuk era saat ini menurut dia, golongan dan kelompok tersebut tentu saja ada
di dalam generasi milenial.
“Jika Golkar ingin melakukan pendekatan kepada generasi milenial, tentu
saja pola pendekatannya berbeda dengan pola yang dulu digunakan oleh para
perancang Sekber Golkar,” katanya.(ant)