PAPUADALAMBERITA.COM. Wartawan mitra strategis dalam penanggulangan bencana di Indonesia. Media massa yang digerakkan oleh wartawan menjadi salah satu helix dari lima helix (pentahelix) yang berperan tidak hanya menginformasikan berita bencana kepada masyarakat tetapi juga mengedukasi.
Di sisi lain, terkadang dijumpai wartawan berada di garis depan pada saat meliput bencana dan keselamatan menjadi taruhannya. Dalam beberapa kejadian bencana, wartawan meninggal dunia saat meliput bencana atau berada di daerah bencana seperti saat erupsi Gunung Merapi 2010, erupsi Gunung Sinabung 2012, dan banjir Jakarta 2013.
‘’Latar belakang ini mendorong Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan (diklat) teknis penanggulangan bencana bagi wartawan,’’ ujar pendiri dan pemilik Jakarta Rescue, Hadianto Wardjaman pada Kamis (25/4) di Lembang Jawa Barat.
Memasuki hari kedua diklat, para wartawan mempelajari langkah-langkah dasar upaya bertahan hidup yang dapat digunakan sebagai bekal dalam peliputan bencana.
Misalnya dalam situasi gempa, langkah sederhana yang dapat dipraktekkan yaitu melindungi kepala, dagu dan leher dengan kedua tangan. “Drop, cover, hold on” tambah Hadianto.
Apabila di dekat kita ada sebuah meja, Hadianto menjelaskan lebih lanjut maksud drop yaitu merangkaklah sedekat mungkin ke lantai. Cover berarti berlindunglah di bawah meja yang kuat; dan terakhir hold on merujuk pada berpegangan pada salah satu kaki meja.
Hadianto menegaskan bahwa tidak direkomendasikan dengan teknik triangle of life. Menurutnya, teknik ini dapat berujung pada dampak yang buruk.
“BNPB tidak menganjurkan pada teknik triangle of life,” ujar Hadianto di hadapan para wartawan.
“Jika ada kursi, balikkan kursi sehingga kepala terlindung dan kaki kursi menjadi pelindung,” jelas Hadianto menambahkan teknik bertahan hidup pada kejadian gempa.
“Saya mendapatkan pengetahuan baru, terutama menghadapi gempa. Begitu juga karakteristik gempa yang dapat mengakibatkan dampak luka pada korban,” ujar Remon Fauzi, wartawan Elshinta.
Hadianto yang juga menjabat Unsur Pengarah BNPB memberikan tips bertahan hidup pada konteks bencana yang berbeda, seperti gempa, erupsi gunung api, banjir, dan longsor. Tips tersebut tidak hanya bagaimana para wartawan melakukan tindakan pada saat bencana tetapi juga peralatan atau bekal standar yang perlu dibawa atau pun posisi aman pada saat meliput.
Sejumlah 33 wartawan dari berbagai media massa mengikuti diklat sebagai rangkaian kegiatan Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) 2019 yang terpusat di Lembang, Jawa Barat. Diklat yang berlangsung tiga hari menghadirkan narasumber dari BNPB, Geotek LIPI, PVMBG, Jakarta Rescue, Praktisi Komunikasi, Harian Kompas dan Agence Frence Presse (AFP).
Kegiatan tersebut dilakukan dengan pendekatan teori di dalam kelas dan praktek dasar, seperti basic survival dalam peliputan, pertolongan pertama, penggunaan GPS, trauma healing, pemasangan tenda dan dapur umum.
Sementara itu, HKB serentak diselenggarakan di seluruh Indonesia dengan pelibatan berbagai pihak, mulai dari kementerian/lembaga, TNI, Polri, dunia usaha, perguruan tinggi hingga masyarakat. Tercatat di situs siaga.bnpb.go.id sejumlah 53.086.119 partisipan berkomitmen untuk berpartisipasi dalam HKB 2019.
Demikian Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BN, Sutopo Purwo Nugroho, dalam siaran pers.(tam)