PAPUDALAMBERITA.COM. MANOKWARI –Siswa SMP Yapis, Muhammad Syarkawi Bin Baharuddin Sabollah membawahkan ceramah pada malam kesembilan Puasa Ramdhan 1440 Hijriah di Masjid Ataqwa Kampung Makassar, Manokwari Papua Barat, Senin (13/5/2019) adalah mengajak umat muslim untuk selalu bersukur atas nikmat-nikmat Allah SWT.
Kepiawaian seperti seorang Da’i dewasa mulai terlihat, ini ketika Ia tiba di Masjid Ataqwa, Dinda Syarkawi mengambil tempat duduk di saf keempat dari saf peretama, yang secara kebetulan pada saf kelima duduk papuadalamberita.com, setelah azan solat isyah usai, Ia pun melakukan solat sunat dua rakaat.
Usai solat sunat, salah seorang tamir Masjid Ataqw mempersilahkan Siswa Kelas VII SMP Yapis Manokwari ini duduk pada deretan saf pertama, rupanya sang tamir masjid tau jika siswa SMP Yapis ini yang akan membawa ceramah sebelum solat tarawih.
Ia pun kelihatan seperti pencerama dewasa yang selalu menempati saf terdepan, karena Ia satu-satu anak berusia remaja yang duduk diantara Imam dan pengurus masjid pada umumnya orang dewasa.
Kepiwaian Syarkawi dalam menyampaikan ceramah agama seperti lazimnya pecerama lainnya yang biasanya diawali dengan salam dan salawat kepada baginda Nabi Muhammad SAW.
‘’Puji dan syukur tidak henti-hentinya kita panjantkan kepada Allah SWT, dimana Allah tidak henti-hentinya pula memberikan hidayah dan nikamtnya kepada kita,’’ buka Syarkawi.
‘’Salawat dan salam hanya tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW atas perjuangan dan pengborbannya, perjuangan dan pengorbanan beliau bukan semata karena peduli kepada kedua orang tuanya dan bukan pula karena prihatin kepada istri dan anak-anaknya, tetapi perjuangan dan pengorbanan beliau karena cinta kepada umatnya, agar umatnya mendapat keselamatan di dunia dan Insallah bahagia diakhirat kelak,’’ sambungnya.
Ia kemudian menyampaikan judul cerama dalam latihan dakwa yang ditugaskan sekolahnya kepadanya, adalah bersyukur. “Apa itu bersukur, bersyukur adalah merupakan hak seorang hamba yang harus ditanamkan dalam diri masing-masing atas pemberian Allah SWT,’’ tutur Syarkawi.
Ia bercerama dengan gerak sesekali mengangkat jarinya. ‘’Dalam melaksanakan sukur mengandung banyak makna, diantaranya, pertama sukur berarti berterima kasih,’’ sambungnya.
Arti diatas memberikan gambaran, bahwa berterima kasih, bersukur atas nikmat yang dimaknai kebaikan, pemberian yang dapat pula berarti kehidupan yang senang, kesenangan harta dunia dan surga maka bersukur atas nikmat adalah terima kasih atas kebaikan kesenangan yang kita gapai baik kehidupan di dunia dan bahagia diakhirat kelak .
‘’Gambaran tentang sukur sering kita menjumpai pada kehidupan sehari-hari, misalkan jika ada sesorang memberikan sesuatu yang sangat berharga, pasti si pnerima mengucapkan terima kasih atas pemberian itu,bukan hanya sekedar berterima kasih, tetapi si penerima mengingat si pemberi bahkan menyanjungnya,’’ ujarnya.
Yang kedua, menurutnya bersukur juga bermakna mengingat bahkan terkadang si penerima pemberiaan ada usaha membalasnya, apakah dengan berbuat baik, apakah mengantinya, dengan menghormatinya dll.
‘’Jika persoalaan sukur ditujukan kepada Allah SWT berarti mengingat Allah dengan segala pemberiannya, dengan mengingat kepadanya, serta mengabdi kepadanya, dengan melaksanakan perintah-perintahnnya dan menjahui larangan-larangan,’’ ucapnya dengan mengutip ayat Alquran.
Yang ketiga bersukur dapat pula bermakna merasa puas atas segala pemberiannya, tetapi puas bukan berarti berlebihan dalam segala hal, melainkan merasakan menfaat atau nikmat.
Ia mencontohkan, misalkan seseorang dalam perjalanan saat berpergiaan, persiapan bekal makan telah habis, tempat berteduh atau tempat tidurpun tidak ada, tiba-tiba ada sesorang yang meberikan makanan, bahkan tumpangan, walaupun makanannya atau tumpangannya seadanya, disitu kita memperoleh pelajaran, bahwa pemberian itu harus puas, bukan berarti kita puas dalam berlibihan.
Ia mengatakan, Allah berfirman dalam Alquran yang artinya, jika kamu bersukur nikamat Allah SWT pasti ditambahkan dan jika kamu mengingkarinya sesungguhnya azab yang pedih.
‘’Ayat diatas memberi gambaran bahwa memperoleh nikmat tercermin bagaimana cara kita mensukurinya, sedangkan jauh dari nikmat juga dengan cerminan karena kita lupa mensukurinya,’’ kutipnya.(tam)