Antrian 18 peti jenazah korban kecelakaan maut, Rabu (13/4/2022) di perut pesawa Lion Air untuk diterbangkan ke NTT, Kamis (14/4/2022). PAPUADALAMBERITA. FOTO: RUSTAM MADUBUN
Isak tangis melepas satu persatu 18 peti jenazah korban kecelakaan maut, dimasukan ke ruangan Cargo Bandar Udara Rendani Manokwari, Kamis (14/4/2022). PAPUADALAMBERITA. FOTO: RUSTAM MADUBUN
PAPUADALAMBERITA.COM. MANOKWARI – Orang siapa yang mau dipisahkan dari terkasihnya karena maut, tapi itu tak dapat ditolak.
Baca juga:Â Kunjungi Korban Kecelakaan Maut di RS AL, Kapolda: Kita Tunggu Hasil TAA
Hanya air mata menjadi bahasa mengungkap kesedihan, mengobati kesakitan, menutupi kesepian karena semua itu bercampur aduk dengan rasa kehilangan sebagai isyarat perihnya hati yang menerima kenyataan.
Jika ada anak, istri, ayah, orang tua, saudara, keluarga, atau sahabat mengalami ini, diam-diam hati kita remuk, sembab di mata tak bisa disembunyikan.
Kita datang, menyalami, menagis bersama memberi semangat, jika kita jauh ada pesan singkat yang dikirm ketika kabar duka itu diterima, itulah ungkapan belasungkawa sederhana bermakna, bukti persahabatan dan kekeluargaan hanya mautlah yang memisahkan.
Suasana duka itu pecah ditengah keheningan pengantaran 18 peti jenazah satu persatu diturnkan dari mobil ambulance, truk TNI untuk dimasukan ke Cargo Bandar Udara Rendani Manokwari perisiapan diterbangkan ke Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (14/4/2022).
Keluarga, sahabat, teman, tentangga berjubel depan ruangan cargo mereka tidak peduli dengan rintik hujan dan panas matahari yang turun bersamaan, wajah-wajah lusuh, sedih, mata sembab terlihat, menyimpan duka yang dalam.
Mereka berdiri dari gudang cargo hingga ke luar halaman menepi di kiri pagar pembatas menatap jauh ke landasan ada pesawat jenis Boing 737 900-ER milik maskapai Lion Air terparkir dengan ‘perut’ terbuka lebar.
Satu persatu kereta gandeng yang lazimnya membawa bagasi penumpang, di Kamis pagi itu jalan berurutan berisikan peti jenza terbungkus rapi berwarna silver, petugas berompi orange memasukan satu persatu petih petih itu dalam pesawat.
Mereka-mereka itu memiliki hubungan kekeluargaan satu sama lainnya, asal Nusa Tenggara Timur (NTT) yang mengalami musibah di Rabu Abu (13/4/2022), dimana masa Pra Paskah di saat umat kristiani menanti Kamis Putih untuk masuk ke Jumat Agung menyambut hari raya paskah.
Kapolda Papua Barat, Kapolres Manokwari, Dirlantas saat melihat korban luka-luka kecelakaan lalu lintas yang dirawat di RS AL Manokwari, Kamis (14/4/2022). PAPUADALAMBERITA. FOTO: RUSTAM MADUBUN
Mereka dari lokasi tambang tradisional hendak ke Manokwari karena ingin merayakan hari raya paskah 2022 dengan suka cita, namun berubah menjadi duka cita.
Salah satu jenazah diantara 18 jenazah adalah Edmon Aliando ayah satu anak itu meninggalkan putranya yang baru duduk dibangku kelas satu sekolah dasar dan istrinya di kampung halaman Atambua (NTT). Ia mengarungi lautan, melewati bukit dan beradu rezeki di lembah, bermaksud mendulang emas berharap rupiah.
Namun kuasa tak dapat di tolak, di hari Rabu Abu Ia pergi selamanya, niat ibadah di Kamis Putih untuk persiapan memasuki Jumat Agung menyabut Hari Paskah usai sudah.
‘’Mereka turun untuk ibadah di Kamis Putih masuk Jumat Agung untuk merayakan Paskah bersama, tetapi mereka pergi di Rabu kemarin,’’ ujar tetangga dari mendiang Edmon Aliando, Ibu Ros yang ditemui papuadalamberita.com saat pelepasan jenazah di Cargo Bandara Rendani Manokwari, Kamis (14/3/2022) pagi.
Lain cerita Edmon Aliando, lain lagi cerita Ibu satu anak yang kini terbaring di ruang UGD RS Angkatan Laut dr Azhar Zahir Manokwari, ada selang transfusi darah masuk lewat tangannya dan selang tabung oksigen melalui hidungnya karena Ia menderita luka serius, ia disapa Yos.
Saat Kapolda Papua Barat Irjen Pol Doktor Tornagogo Sihombing SIK, MSI meninjau pasien korban kecelakaan maut, Ibu satu anak itu belum dapat mengenal siapa disekitarnya, kini terbaring dengan luka di kepalanya.
Peti jenazah korban kecelakaan maut, dimasukan ke ruangan Cargo Bandar Udara Rendani Manokwari, Kamis (14/4/2022). PAPUADALAMBERITA. FOTO: RUSTAM MADUBUN
Tangan harus digips, Ia belum mengetahui juga bahwa sang suaminya Ade Nahak dan putrinya Istini Nahak berusia tiga tahun terbujur diantara 18 peti jenzaah yang telah dikirim ke kampung halaman untuk prosesi pemakaman.
Pengakuan dari sang iparnya, bahwa di Rabu itu ke Manokwari hendak persiapan menyambut Paskah, cita-cita ibadah di Jumat Agung sebelum merayakan hari raya paskah tinggal cerita.
Ia kehilangan satu putri dan suaminya di Rabu Abu. Ia kini terbaring lemas. Semoga semua yang sakit diberi kekuatan dan cepat disembukan amin.(rustam madubun)