PAPUADALAMBERITA.COM. MANOKWARI – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) lahir 14 Rabiul Awal 1.366 Hijriah bertepatan 5 Februari 1947 atas prakasa Lafran Pane dan 14 mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (sekarang, Universitas Islam Indonesia, red).
Terima kasih Anab Afifi (alamrhum), Thowaf Zuharon penulis buku Banjir Darah, kisah nyata aksi PKI terhadap kiai, santri, kaum dan organisasi muslimin. Buku yang menjadi Best Seller ini mengisahkan pimpinan PKI, Dipa Nusantara (DN) Aidit dihadapan Presiden RI Pertama, Ir Soekarno, meminta HMI dibubarkan.
Kongres organisasi mahasiswa milik PKI yaitu Central Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) pada 29 September 1965 di Istora Senayan Jakarta yang dihadiri Presiden Ir Soekarno, DN Aidit minta aktivis CGMI pakai sarung saja jika tidak mampu membubarkan HMI.
Pidato DN Aidit rupanya “mengganggu” syaraf sang proklamator, Soekarno pun memberi perintah tunggal pada menteri agama. ‘’Kamu segera bubarkan HMI’’ Menteri agama kaget dan diam.
Andaikan coffee morning di istana merdeka Jakarta tidak disikapi tenang menteri agama, mungkin saat ini (5 Februari 2021) tidak ada Milad Ke-74 HMI. Indonesia pun tidak memiliki cendikiawan yang terlahir dari rahim intelektual -intelktual hijau-hitam, karena keburu dibubarkan PKI dan DN Aidit.
Anab Afifi-Thowaf Zuharon mengisahkan rinci dialog Soekarno dan menteri agama. Kisah ini saya hadiahkan kepada anak balita dari sahabat saya (Mas Akmal Budi Yulianto aktivis HMI lulusan Trisakti, Jakarta) ketika anak balita tumbuh dewasa dan bisa membaca tulisan ini semoga bermanfaat bagi hidupnya.
Buku KH Saifuddin Zuhri : Mutiara Dari Pesantren” karya Rohani Shidiq. KH Saifuddin Zuhir dan Soekarno ketika itu, PAPUADALAMBERITA. FOTO: ISTIMEWA
Dalam bukunya ia menuturkan, tulisan ini akan memaparkan pada anak balita Mas Akmal, bahwa kakek buyutnya dari garis keturunan ibunya, adalah tokoh yang memiliki peran penting dalam pergerakan HMI di Indonesia.
Sedangkan kakek buyut dari garis keturunan ayahnya Akmal Budi Yulianto, adalah ulama besar sekaligus Ketua Umum Muhammadiyah yang sabar dan bijaksana.
Aliran darah kepemimpinan mengalir dalam tubuh Putra Mas Akmal. Kelak, Saya yakin, Putra Mas Akmal mengikuti jejak leluhurannya, memperjuangkan dan menyebarkan nilai luhur Islam pada masyarakat.
Bagaimanapun, putra balita Mas Akmal adalah cicit dari kakek Lafran Pane, pendiri pertama HMI Indonesia yang berjuang menegakkan Islam dalam politik sejak kemerdekaan.
Putra balita Mas Akmal juga merupakan cicit dari KH AR Fachruddin Ketua Umum Muhammadiyah. Maka, tulus saya berdoa, semoga perjalanan putra Mas Akmal Akan meneladani kedua kakek buyutnya.
Melalui tulisan ini saya mengajak Putra Mas Akmal untuk mewariskan putranya, berbagi kisah perjuangan aktivis HMI dalam menegakkan Pancasila dan agama Islam di negara ini.
HMI BERDIRI DI TENGAH DOMINASI KOMUNISME
Saat itu, di Jogjakarta, telah berdiri Perserikatan Mahasiswa Jogjakarta (PMJ), sebagai satu-satunya organisasi mahasiswa di Jogjakarta yang anggotanya meliputi mahasiswa BPT, Gajahmada, STT dan STI.
Sedangkan di Solo, tahun 1946 berdiri Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI). Kedua organisasi itu berhaluan komunis. Tidak satupun di antara organisasi mahasiswa yang ada berorientasi Islam.
Dominasi para komunis dalam pergerakan mahasiswa Indonesia, membuat gelisah kakek Lafran sebagai aktivis muslim yang baru kuliah tingkat satu. Ia kemudian mengadakan pembicaraan dengan teman-teman mengenai gagasan pembentukan organisasi mahasiswa Islam di Indonesia.
Kakak Lafran Pane pun mengundang mahasiswa Islam di Jogjakarta untuk rapat, membicarakan pendirian HMI. Rapat-rapat berulang kali dilaksanakan, tetapi terus ditentang PMI yang banyak berhaluan komunis.
Untuk menghindari pergesekan dengan mahasiswa komunis pemenentang berdirinya HMI, kakek Lafran mengadakan rapat rahasia, secara mendadak, mempergunakan jam kuliah Tafsir Bapak Husein Yahya almarhum mantan Dekan Fakultas adab IAIN Sunan Kalijaga Jogjakarta.
Diselenggarakan pertemuan untuk mendeklarasikan berdirinya HMI saat itu kakak Lafran Pane genap berusia 25 tahun. Ide kakak Lafran Pane mendirikan HMI diwujudkan bersama 14 orang temannya yaitu Kartono Zaki Zarkasih, Dahlan Husein, Maisaroh Hilal, Yusdi Ghozali, Mansyur, Siti Zainab, m Anwar, Hasan Basri, Zulkarnain,, Haye brazza, Toha mas Hudi, dan Badrun HD.
Dari kiri: KH Saifuddin Zuhri, Lafran Pane dan Soekarno. PAPUADALAMBERITA. ILUSTRASI FOTO: RUSTAM MADUBUN
Kakek Lafran terpilih menjadi ketua HMI pertama sedangkan wakil ketua HMI dijabat Asmin Nasution. Dengan susah payah, mengalami berbagai tantangan, kakek Lafran Pane bersama beberapa koleganya mendirikan HMI pada 5 Februari 1947. Bertempat di salah satu ruangan kuliah STIE di jalan Setyodiningratan 30 Jogjakarta ( sekarang Jalan Panembahan Senopati , red) HMI pertama kali dideklarasikan.
Pada deklarasi ini, kakek Lafran mengatakan, karena kebutuhan terhadap organisasi ini sudah sangat mendesak. Yang mau menerima HMI sajalah yang diajak untuk mendirikan HMI. Yang menentang biarlah terus menentang.
Terlihat sejak awal, kakek Lafran merasakan sendiri, proses pendirian HMI sudah bergesek dengan komunis. Pada perjalanannya, gesekan keras dengan komunis terus mengeras dan terus berbenturan.
Pada tahun 1948, ketika PKI Muso melakukan pemberontakan di Madiun, HMI tidak tinggal diam melihat peristiwa tersebut. Pada tahun itu, seluruh kader HMI melakukan perlawanan kepada PKI Muso bahkan, pada 1948 seluruh mahasiswa HMI mendirikan korps mahasiswa untuk memadamkan pemberontakan Madiun.
PKI MENJADIKAN HMI SEBAGAI MUSUH
Gesekan antara HMI dengan komunis, menggelegar lagi pada rentang 1960 hingga menjelang kudeta Gerakan September Tigapuluh (Gestapu) 1965 dengan kebijakan negara yang mendasarkan pada Nasionalis, Agama Komunis (Nasakom), PKI menjadi sangat dominan dikekuasaan.
Akibatnya, PKI terang-terangan menjadikan HMI sebagai elemen Islam yang harus dimusuhi.
Selama 4 tahun, antara 1963 hingga 1966 HMI berada dalam tekanan PKI CGMI, hampir dalam semua Lini dan aspek kehidupan. Segala macam stigma diberikan kepada HMI.
HMI Ciputat, menjadi sasaran fitnah komunis. Peristiwa unjuk rasa Oktober 1963 telah memberikan stigma kepada HMI Ciputat. Anggota HMI Cabang Ciputat diberi label pemberontak, subversi.
Stigma itu tidak membuat aktivis HMI berkecil hati dan kurang militan. Mereka siap konfrontasi dengan siapa saja terlebih kepada PKI CGMI dan para kolaborator nya, anak-anak siap perang.
Banyak tokoh HMI mengalami marjinalisasi dan stigmatisasi itu. Hardiono, misalnya aktivis HMI dari Akademi Seni Rupa Indonesia (Asri ) Jogjakarta terus dihina, dilecehkan, diteror aktivis CGMI.
Bahkan, tak jarang, keselamatannya nyawanya diincar dan saling dendam. A khirnya, karena terus diincar keselamatan nyawanya, maka, ia hengkang dari Jogjakarta ke Jakarta. Proses pelarian ini cukup panjang hingga kuliahnya terbengkalai dan tidak lulus. Hingga saat ini Hardiyono menjadi pelukis ternama yang tinggal di Condet Jakarta Timur.
Taufik Ismail, sastrawan yang aktivis HMI, di cap kontra revolution. Iya dikucilkan, bahkan karena ikut menandatangani manifesto kebudayaan yang melawan LEKRA, Taufik Ismail diberhentikan dari statusnya sebagai dosen di Institut Pertanian Bogor. Teror politik dari PKI dirasakan Taufik Ismail nyata.
HMI BATAL DIBUBARKAN BERKAT KYAI HAJI SAIFUDIN ZUHRI
Batalnya pembubaran HMI oleh Presiden Soekarno berkat jasa besar menteri agama Kyai Haji Saifuddin Zuhri. Seorang tokoh nasional yang berhasil meyakinkan Soekarno agar HMI tidak dibubarkan, adalah Kyai Haji Saifudin Zuhri.
Dalam bukunya berangkat dari pesantren, KH Saifuddin Zuhri menuturkan secara jujur dan gamblang perdebatannya dengan Soekarno mengenai agenda pembubaran HMI. Pada suatu pagi KH Saifuddin Zuhri selaku Menteri Agama dipanggil Bung Karno untuk coffee morning di Istana merdeka. Pada kesempatan itu, Soekarno memberi tahu bahwa Ia berniat membubarkan HMI.
Dari 10 anak KH Saifuddin Zuhri, satu anaknya mewarisi karir KH Saituddin Zuhri sebagai menteri agama pula, adalah Lukman Hakim Saifuddin yang dua kali menjabat meneteri agama di era SBY-Boediono. dan Joko Widodo. Ayah dan anaknya menjabat Menteri Agama RI di era dan presiden yang berbeda. PAPUADALAMBERITA. FOTO: ISTIMEWA. ILUSTRASI RUSTAM MADUBUN
KH Saifuddin Zuhri sangat kaget. Namun, Ia mencoba bersikap tenang. Kemudian terjadi dialog antara Bung Karno (BK) dengan Kyai Haji Saifudin Zuhri (SZ). Ini dialognya:
BK: Saya memberitahu saudara selaku Menteri Agama, bahwa saya akan membubarkan HMI.
SZ: Apa alasannya Pak ?
BK: Berbagai laporan disampaikan kepada saya, dimana-mana HMI melakukan tindakan anti revolusi dan bersikap radikalisme.
SZ: Kadar anti revolusinya maupun keradikalan nya sampai di mana Pak ?
BK: Misalnya, mereka selalu bersikap aneh, bersikap liberal, seolah-olah hendak mengembalikan adab ke barat-baratan dan lain-lain.
SZ: Apakah sudah dipanggil untuk dinasehati?
BK: Secara umum dan terbuka saya sudah berulang-ulang memperingatkan lewat pidato-pidato saya.
SZ: Mohon dipertimbangkan sekali lagi. HMI itu anak-anak muda. Mereka itu kader-kader bangsa kalau HMI dibubarkan mereka frustasi dan kita semua rugi.
BK: Mereka anak-anak Masyumi. Sikap mereka tentu seperti bapaknya, reaksioner. Kalau HMI bubar, kan NU beruntung dan PMI yg makin besar.
SZ: Bukan masalah untung rugi. Sulit bagi saya selagi masih menteri agama ada organisasi Islam dibubarkan tanpa alasan kuat.
BK: Wah, tidak saya sangka kalau Saudara membela HMI.
SZ: Bukan membelah HMI. Itu tugas kami para pembantu presiden.
BK: Bukan berlebihan. Tetapi saya berbuat menurut perasaan hati saya.
SZ: Kalau bapak tetap hendak membubarkan HMI, artinya pertimbangan saya bertentangan dengan bapak. Saya sebagai pembantu bapak, cukup sampai disini saja.
BK: Jangan berkata begitu. Saya tetap memerlukan saudara.
Akhirnya, sambil menyalami tangan Kyai Haji Saifuddin Zuhri Bung Karno berkata, “Baiklah HMI tidak saya bubarkan ‘’.
Dialog KH Saifuddin Zuhri dengan Soekarno tentang HMI di istana merdeka itu disaksikan pengusaha nasional H Hasyim Ning. Betapa bahagia hatiku KH Saifuddin Zuhri karena berhasil mementahkan hasutan PKI kepada Soekarno untuk membubarkan HMI. Anak-anak kami sangat bangga dengan KH Saifudin Zuhri yang mampu menghadang agenda pembubaran HMI.
Mas Akmal untaian kitab pergesekan antara HMI dan PKI ini, suatu saat harus kita sampaikan kepada putra anda, jangan sampai kita mengecewakan kakek Larfan yang telah susah payah membangun organisasi ini di tengah dominasi komunisme saat itu.
Kelak, sampaikan kepada putramu, Mas Akmal jika masih ada aktivis HMI yang menjunjung tinggi komunisme, niscaya ada sesuatu yang tidak beres dan tidak sehat di kepalanya!
Kyai Saifuddin Zuhri yang memiliki 10 anak ini, satu diantaranya berhasil ‘mewarisi’ karir beliau sebagai Menteri Agama pula adalah Lukman Hakim Saifuddin dua kali menjabat Menteri Agama di era SBY-Boediono dan Joko Widodo.
Ketua Umum PB HMI Periode 1963-1966 Sulastomo, menyebut Saifuddin pribadi yang ikhlas tanpa pamrih membela HMI. Ia menolak keras niat Soekarno bubarkan HMI atas desakan PKI.(rustam madubun)