-
Buku Napak Tilas Ali Baham Temongmere: Cahaya Fajar dari Balik Gunung Mbaham mengisahkan perjalanan, dedikasi, dan perjuangan Ali Baham Temongmere dalam membangun Papua Barat. Ditulis oleh Dwi Urip Premono,dan dua wartawan senior Wolas Krenak, dan Yusuf Mujiono, buku ini menjadi dokumentasi berharga tentang kiprah seorang pamong sejati.
PAPUADALAMBEITA.COM.MANOKWARI – Merlina Flassy., M.hum., Ph.D -Dekan Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Cenderawasih Jayapura 2021 – 2025, Ia doktor Ethologi Antropologi dari Universitas Georg Augus Goettingen, Jerman tahun 2018.
Baca juga: Resensi Buku Napak Tilas Ali Baham, Dominggus Mandacan: Dia Disiplin dan Setia
Mantan Penjabat Gubernur Provinsi Papua Barat, Drs. Ali Baham Temongmere, MTP, merupakan sosok membanggakan bagi Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura, khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP).
Meskipun hanya menempuh pendidikan dalam waktu singkat di FISIP Uncen sebelum melanjutkan ke Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Yoka Jayapura, jejak akademiknya tetap dikenang oleh civitas akademika Uncen.
Menurut Dekan FISIP Uncen, Marlina Flassy yang menjabat untuk periode 2021-2025, Ali Baham Temongmere menjadi kebanggaan bagi Uncen karena pernah mengenyam pendidikan di aula gedung kuliah yang ikonik, yang berbentuk seperti radio transistor buatan tahun 1960-an.
Gedung tersebut, yang dikenal sebagai “Gedung Transistor”, merupakan peninggalan OSIBA (Opleiding School voor Inheemsche Bestuursambtenaren) atau Sekolah Pangreh Praja di Abepura pada masa Pemerintahan Belanda di Irian Barat.
Kini, gedung tersebut menjadi situs bersejarah yang terkait dengan berdirinya Universitas Cenderawasih pada 10 November 1962 sebagai Universitas Perjuangan.
Harapan Setelah Masa Jabatan
Marlina Flassy menyampaikan harapannya setelah Pemilihan Kepala Daerah serentak pada 27 November 2024 dan pelantikan gubernur terpilih, Drs. Dominggus Mandacan, M.Si., sebagai Gubernur Papua Barat periode 2025-2030.
Setelah menyelesaikan tugasnya sebagai Penjabat Gubernur Papua Barat dan menyerahkan jabatan kepada gubernur definitif,
Marlina berharap Ali Baham Temongmere tidak kembali ke jabatan sebagai Sekretaris Daerah Papua Barat.
Pemikiaran cerdas Marlina yang doktor Ethologi Antropologi dari Universitas Georg Augus Goettingen, Jerman tahun 2018 ini terungkap dalam Buku Napak Tilas Ali Baham Temongmere: Cahaya Fajar dari Balik Gunung Mbaham.
Buku Ditulis oleh Dwi Urip Premono, dan dua wartawan senior Wolas Krenak, Yusuf Mujiono, buku ini menjadi dokumentasi berharga tentang kiprah seorang pamong sejati.
Buku Diterbitkan Pusat Pengkajian dan Pelatihan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (P3SIP) Indonesia setebal 289 halaman, 11 tokoh Orang Asli Papua dari berbagai profesi memberikan pandangan mereka tentang siapa itu Ali Baham.
Lanjut Dia, sebaliknya, ia menyarankan agar Pemerintah Pusat, melalui Kementerian Dalam Negeri, mengangkatnya pada posisi setingkat Direktur Jenderal (Dirjen) atau Inspektur Jenderal (Irjen).
Menunjukkan Semangat Bhineka Tunggal Ika
Menurut Marlina Flassy, kebijakan seperti itu dapat mencerminkan semangat “Bhinneka Tunggal Ika” dengan semakin banyaknya orang Papua yang bekerja di Pemerintah Pusat. Kehadiran mereka di kementerian-kementerian akan mempermudah pendekatan pemerintah terhadap masyarakat Papua karena mereka memahami secara langsung permasalahan dan kebutuhan masyarakat di Tanah Papua.
Mereka juga dapat menjadi jembatan dalam menyelaraskan program pembangunan nasional dengan kebutuhan lokal masyarakat Papua.
“Diharapkan program-program yang dijalankan dapat benar-benar menyentuh kebutuhan dasar masyarakat Papua, baik dalam bidang sandang, pangan, perumahan, kesehatan, pendidikan, sosial budaya, maupun sosial ekonomi,” ujar Marlina Flassy.
Warna Nusantara di Pemerintah Pusat
Marlina menegaskan bahwa kehadiran Ali Baham Temongmere di Pemerintah Pusat akan membawa “Warna Nusantara”. Jika ia ditempatkan di Kementerian Dalam Negeri, misalnya, maka keberagaman etnis dalam pemerintahan akan semakin tampak.
“Itulah harapan rakyat Papua. Sebagai Dekan FISIP Uncen, saya menginginkan hal tersebut terjadi, walaupun Pak Ali Baham bukan lulusan FISIP Uncen secara penuh, namun telapak kakinya pernah menginjak lantai Gedung Kuliah Peninggalan OSIBA dan kuliah di Aula Gedung Transistor FISIP Uncen,’’ sebut Marlina.
‘’Kami bangga jika para lulusan Uncen, bahkan mereka yang pernah menempuh pendidikan di sana, suatu hari nanti bisa menjadi pemimpin bagi daerahnya,” tegas Marlina,’’ sambungnya.
Ali Baham yang pernah menjabat Penjabat Gubernur Papua Barat, juga tidak pernah melupakan bahwa dirinya pernah berkuliah di FISIP Uncen.
Harapan besar pun disampaikan Marlina Flassy agar semakin banyak lulusan Uncen, termasuk FISIP, yang menjadi pemimpin di berbagai bidang di Indonesia maupun dunia.
“Keberhasilan mereka pasti akan memotivasi para mahasiswa kami untuk terus berjuang dan mengabdi bagi bangsa dan negara,” pungkasnya.(rustam madubun)