Papua Barat

BP Tangguh dan UNIPA Kolaborasi Lestarikan Ekosistem Mangrove di Teluk Bintuni

665
×

BP Tangguh dan UNIPA Kolaborasi Lestarikan Ekosistem Mangrove di Teluk Bintuni

Sebarkan artikel ini
Program Pendidikan Lingkungan Berbasis Mangrove kepada pelajar SMP Satu Atap Weriagar. FOTO: ISTIMEWA

PAPUADALAMBERITA.COM.MANOKWARI – Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Univresutas Negeri Papua (Unipa), Manokwari, Freddy Pattiselanno, mengatakan UNIPA akan terus melanjutkan tanggung jawab pemeliharaan blok tanam.

Program kerja sama BP Tangguh dan UNIPA direncanakan berlanjut hingga pembaruan kerja sama pada Juni 2025.

Menurut Dia. upaya pelestarian lingkungan terus dilakukan BP Tangguh melalui kerja sama dengan Universitas Papua (UNIPA) dalam pemeliharaan dan restorasi ekosistem mangrove di wilayah Teluk Bintuni, Papua Barat.

Dalam bahasa lokal Papua, mangrove dikenal dengan sebutan nipa, mange-mange, atau lolaro, bergantung pada daerah temuan tanaman tersebut.

Menurut data Bakosurtanal (2009), luas hutan mangrove di Indonesia mencapai 3,2 juta hektare, dan sekitar 1,6 juta hektare tersebar di wilayah Papua.

Teluk Bintuni merupakan salah satu kawasan dengan sebaran mangrove terbesar, dan saat ini menjadi fokus konservasi BP Tangguh.

Berdasarkan hasil kajian Lense et al. (2023), kondisi ekosistem mangrove di sekitar pesisir Distrik Weriagar mengalami degradasi secara kualitatif dan kuantitatif dalam dua dekade terakhir. Dampak dari kerusakan ini turut dirasakan masyarakat pesisir yang menggantungkan hidup pada sumber daya alam tersebut.

Sebagai bentuk komitmen, sejak akhir 2023 hingga Desember 2024, BP Tangguh dan UNIPA telah melakukan upaya restorasi dengan menanam kembali mangrove jenis Sonneratia alba atau dalam sebutan lokal “tiki tiki tinggina”.

Hingga saat ini, sebanyak 12.000 hingga 14.000 bibit mangrove telah ditanam di kawasan tersebut.

Kegiatan pemeliharaan dilakukan untuk memastikan tingkat kelangsungan hidup bibit mangrove, sekaligus menjadi bagian dari pendidikan lingkungan bagi masyarakat dan pelajar.

Pemeliharaan juga meliputi perbaikan bangunan konservasi tanah (BKT) dan pagar pelindung tanaman yang rusak akibat cuaca ekstrem.

Program Pendidikan Lingkungan Berbasis Mangrove kepada pelajar SMP Satu Atap Weriagar. FOTO: ISTIMEWA

Pelibatan masyarakat lokal menjadi bagian penting dalam program ini. Sekitar 50 warga dari lima kelompok masyarakat di enam kampong, Weriagar, Mogotira, Weriagar Selatan, Weriagar Utara, Tuanakin, dan Weriagar Baru, turut aktif dalam kegiatan pemeliharaan blok tanam Weriagar.

Sebagai bagian dari edukasi, kegiatan workshop bertema “Kesadaran Lingkungan dan Diferensiasi Mangrove” juga digelar bagi pelajar SMP Satu Atap di Distrik Weriagar. Workshop ini menggunakan pendekatan Project Based Learning berbasis STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, Mathematics) dan berlangsung selama dua jam pelajaran termasuk sesi praktikum.

Meski tantangan alam seperti gelombang besar dan pasang tinggi sempat merusak area tanam, secara umum program pemeliharaan berjalan baik. Sekitar 500 meter pagar pelindung tanaman berhasil diperbaiki dan tambahan 150 bibit mangrove kembali ditanam.

Partisipasi masyarakat dalam program ini mencapai 100 orang, dengan komposisi yang seimbang: 53% laki-laki dewasa, 3% perempuan dewasa, dan 44% anak-anak usia sekolah.(rustam madubun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *