
PAPUADALAMBERITA.COM, Manokwari – Selang dua hari setelah Millennial Road Safety Festival yang menyedot 15.000 masa, hari Rabu (6/2/2019, lagi-lagi ribuan warga Manokwari, Provinsi Papua Barat, tumpah ruah, mengikuti Pawai Seni Budaya Papua dan Nusantara memperingati Hari Seni Budaya Papua Ke- 15.
Jalur sepanjang delapan kilometer antara pusat kota Manokwari, Sanggeng hingga ke Lapangan Borasi Manokwari penuh sesak. Sisi kiri dan kanan bahu jalan sepanjang peserta melintas tidak lagi terbendung warga yang mau menyaksikan parade senin dan budaya.

Ada 52 peserta dari berbagai paguyuban di Manokwari tercatat di panitia mengikuti pawai. Semua peserta diterima Gubernur Papua Barat, Drs Dominggus Mandacan, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Papua Barat, Yusak Wabia, Kepala Satpol PP Papua Barat, Kepala BNPB Papua Barat.
Gubernur Papua Barat merasa bangga dengan Dewan Kesenian Papua Barat dan panitia yang telah menggelar acara akbar tetapi sederhana. ‘’Kita bangga dengan pawai seni dan budaya Indonesia,’’ ujarnya kepada Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Papua Barat saat peserta pawai melintas panggung utama.
Pawai budaya dan seni tidak hanya menyuguhkan seni dan budaya Papua dan Papua Barat, namun ada kelompok seniman, kerajinan, seniman ukiran pahat ikut memeriahkannya. SMA Negeri 1 Manokwari, SKM, serta SMP Negeri Manokwari juga ada.
Terlebih penting adalah seni dan budaya dari berbagai
daerah ditampilkan oleh peserta dari daerah luar Papua yang bermukim di
Manokwari.
Ada Keresidenan Madiun, Sumatera, Bali, Toraja, Makassar, Maluku hingga warga Flobamora NTT ikut dalam pawai seni dan budaya khas masing-masing daerah. Ikut juga, warga Tionghoa Manokwari yang tergabung dalam Bhineka Tunggal Ika semuanya berbaur menjadi satu menyemarakan pawai.
Gubernur yang menyambut di batas akhir pawai, tidak urung memperoleh beraneka kenang-kenangan dari setiap perwakilan daerah baik dari Papua maupun dari luar Papua. Peserta dari Bali memberi kalungan untaian kalungan bunga berwarna khas kuning keemasan dan merah.
Pawai yang dijadwalkan berakhir pada pukul 17.00 WIT akhirnya berakhir pada pukul 20,00 WIT. Lantaran waktu dua menit untuk peserta menampilkan khas daearahnya di depan gubernur berubah, dan gubernur pun didaulat untuk mengikuti tarian yang disuguhkan setiap daerah.
‘’Ayo satu lagu lagi ya,’’ ucap gubernur saat didaulat peserta dari pegunungan Arfak.
‘’Ayo foto, foto dulu baru menari lagi,’’ tambah gubernur
lagi.
Selain seni dan budaya yang ditampilkan, ada juga peragaan seni beli diri pencak silat, seni reog dan seni tari kuda lumping. Dalam seni bela diri pencak silat yang mematahkan tiga balok es batu, sebelum dipecahkan, gubernur lebih awal membuktikan apakah es tersebut benar masih utuh atau tidak, yaitu dengan cara ikut memukul dengan sikutnya, namun es tidak bisa pecah. ‘’Esnya keras sekali, silahkan dipatahkan dengan cara kalian,’’ ujarnya tersenyum.(rustam madubun)